|
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada zaman penjajahan telah berdiri organisasi-organisasi Islam sebagai
bentuk kesadaran masyarakat terutama umat Islam untuk selalu menegakkan agama
Islam dan menentang tindakan-tindakan penjajah yang selalu menindas masyarakat Indonesia.
Langkah-langkah yang ditempuh diantaranya adalah peningkatan kekuatan dalam
bidang politik, budaya, ekonomi maupun dalam hal pendidikan.
Diantara organisasi-organisasi Islam tersebut terdapat sebuah organisasi
yang kita kenal sebagai organisasi Persatuan Islam (Persis). Organisasi ini
selain berupaya untuk menumbuhkan rasa nasionalisme pada masyarakat juga
berupaya untuk menanamkan kesadaran pada masyarakat akan pentingnya pendidikan
terutama pendidikan agama. Upaya tersebut dilakukan untuk meminimalisir
keterbelakangan rakyat Indonesia
dan memberikan modal keagamaan bagi mereka untuk menghadapi
perlawanan-perlawanan yang datang dari luar.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah sejarah berdirinya Persatuan Islam (Persis)
2.
Apa sajakah bentuk usaha pendidikan yang dilakukan oleh
Persatuan Islam (Persis)
C. Tujuan Pembahasan
1.
untuk mengetahui sejarah berdirinya Persatuan Islam (Persis)
2.
untuk mengetahui bentuk usaha pendidikan yang dilakukan oleh
Persatuan Islam (Persis)
BAB II
|
PEMBAHASAN
A. Sejarah berdirinya
Persatuan Islam (Persis)
Persatuan Islam didirikan di Bandung
pada tanggal 12 September 1923. Persatuan Islam ini berdiri ketika di
daerah-daerah lain itu telah mengadakan pembaharuan didalam agama dan di
Bandung ini terlihat agak lambat didalam mulai pembaharuan dibandingkan dengan
daerah-daerah lain. Pada tahun 1913
telah didirikan Sarikat Islam yang berkembang dengan pesat. Menyadari hal itu
beberapa tokoh memiliki keinginan untuk mendirikan sebuah organisasi Islam. Ide
pendirian organisasi ini berasal dari pertemuan yang disebut kenduri yang
diadakan di rumah salah seorang anggota yang berasal dari Sumatra namun sudah
menetap di Bandung
sejak lama. Mereka adalah keturunan dari tiga keluarga yang pindah dari Palembang. Hubungan mereka
sangat erat antara yang satu dengan yang lainnya karena diantara putra-putri
mereka diikat dengan tali perkawinan. Dengan adanya hubungan yang erat itu
mereka bisa mengadakan studi agama Islam secara bersama-sama. Karena mereka
sudah lama tinggal di Bandung, mereka tidak
merasa menjadi orang Sumatra namun mereka
merasa menjadi sebagai orang Sunda.
Persis
didirikan dengan tujuan untuk memberikan pemahaman Islam yang sesuai dengan aslinya yang dibawa oleh Rasulullah Saw dan memberikan pandangan berbeda dari
pemahaman Islam tradisional yang dianggap sudah tidak orisinil karena bercampur
dengan budaya local, sikap taklid buta, sikap tidak kritis, dan tidak mau
menggali Islam lebih dalam dengan membuka Kitab-kitab Hadits yang shahih. Oleh
karena itu, lewat para ulamanya seperti Ahmad Hassan yang juga dikenal dengan
Hassan Bandung atau Hassan Bangil, Persis mengenalkan Islam yang hanya
bersumber dari al-Qur’an dan Hadits (sabda Nabi). Organisasi persatuan Islam
telah tersebar di banyak provinsi antara lain Jawa Barat, Jawa Timur, DKI
Jakarta, Banten, Lampung, Bengkulu, Riau, Jambi, Gorontalo dan masih banyak
provinsi lain yang sedang dalam proses perintisan. Persis bukan organisasi
keagamaan yang berorientasi politik namun lebih focus terhadap Pendirian Islam dan
Dakwah dan berusaha menegakkan ajaran Islam secara utuh tanpa dicampuri
khurafat, syirik, bid’ah yang telah banyak menyebar dikalangan awwam orang
Islam.[1]
Di dalam acara kenduri itu banyak sekali orang-orang yang hadir disana
baik dari kalangan famili maupun diluarnya. Pada umumnya para undangan yang
hadir sangat tertarik dengan masakan dari Palembang.
Pada kesempatan ini H. Zam-Zam dan Muh. Yunus banyak mengemukakan ide-ide buah
pikiran mereka karena mereka merupakan orang yang memiliki pengetahuan yang
luas.
H. Zam-Zam dan Muh. Yunus adalah pedagang tetapi mereka masih mempunyai
kesempatan dan waktu untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang Islam.
Zam-Zam (1894-1952) menghabiskan waktunya selama 3,5 tahun di Makkah waktu
masih muda dimana ia belajar di Dar al-Ulum. Muh. Yunus yang memperoleh
pendidikan agama secara tradisional dan yang menguasai bahasa Arab tidak pernah
mengajar. Ia hanya berdagang tetapi tidak pernah pula minatnya hilang dalam
mempelajari agama. Kekayaannya menyanggupkan ia untuk membeli kitab-kitab yang
ia perlukan, juga untuk anggota-anggota persis setelah organisasi ini
didirikan.[2]
H. Zam-Zam dan Muh. Yunus merupakan tokoh yang sangat berperan dalam
pendirian organisasi Islam ini. Dalam setiap acara kenduri mereka selalu
memberikan ide-ide baru dan menyampaikan ajaran-ajaran Islam kepada masyarakat
yang hadir didalamnya. Hal-hal yang dibicarakan dalam kenduri itu
bermacam-macam diantaranya adalah masalah agama yang dibicarakan dalam berbagai
majalah seperti majalah al-Munir di Padang
dan majalah al-Manar di Mesir. Selain itu didalam kenduri itu juga dibicarakan
mengenai pertikaian antara organisasi-organisasi Islam sebelumnya yaitu antara
al-Irsyad dan Jami’at Khoir. Hal-hal yang dibicarakan dalam kenduri itu juga
disampaikan oleh salah seorang tokoh Islam yaitu Faqih Hasyim dari Surabaya.
Persatuan Islam (Persis) ini tidak terlalu memberikan tekanan pada
kegiatan organisasinya. Sehingga tidak begitu berminat untuk membentuk
cabang-cabang di daerah-daerah lain sebagaimana yang dilakukan oleh organisasi-organisasi
Islam lain. Selain itu organisasi ini tidak menambah anggota
sebanyak-banyaknya. Jadi adanya cabang-cabang yang didirikan di berbagai daerah
itu merupakan inisiatif masyarakat peminat organisasi itu sendiri, dan tidak
berdasarkan pada keinginan pemimpin pusat untuk mendirikannya. Cabang-cabang
itu diantaranya bertebaran di Bogor, Jakarta, Leles, Banjaran, Surabaya,
Malang, Bangil, Padang,
Sibolga, Kotaraja, Banjarmasin,
dan Gorontalo.
Namun demikian pengaruh organisasi Persis ini sangatlah besar terhadap
masyarakat Islam, bahkan melebihi jumlah cabang yang ada di berbagai daerah hal
ini terbukti dengan bertambahnya anggota berjamaah sholat hari Jum’at yang mana
pada tahun 1923 hanya terdiri dari sekitar 12 orang tetapi pada tahun 1942
jumlah jamaah mencapai 500 orang yang tersebar dalam 6 buah masjid.
Penyebaran pemikiran Persis ini dilakukan dengan berbagai macam cara
diantaranya adalah dengan adanya pertemuan umum, tabligh akbar,
khutbah-khutbah, kelompok-kelompok studi, dan juga dengan berbagai macam media
yang dapat diperluas dan dibaca oleh masyarakat luas. Media tersebut
diantaranya adalah majalah-majalah, kitab-kitab, pamflet-pamflet. Dengan begitu
pemikiran-pemikiran mereka akan lebih cepat tersebar luas. Selain itu
penerbitan majalah-majalah, kitab-kitab dan pamflet-pamflet tersebut dapat
digunakan referensi guru dan propagandis oleh para anggota
organisasi-organisasi lain seperti halnya Muhamadiyah dan al-Irsyad.
Hal-hal tersebut menunjukkan bahwa ide-ide dan pemikiran-pemikiran
organisasi ini mudah diterima oleh masyarakat bahkan dapat dijadikan
perbandingan oleh organisasi-organisasi lain. Sehingga tanpa penekanan terhadap
kegiatan organisasi ini masyarakat mudah tertarik dengan
pemikiran-pemikirannya.
Dalam kegiatannya Persis beruntung memperoleh dukungan dan partisipasi
dari dua tokoh yang sangat penting, yaitu Ahmad Hassan yang dianggap sebagai
guru Persis yang utama pada masa sebelum perang dan Muh. Nasir yang pada waktu
itu merupakan seorang anak muda yang sedang berkembang dan yang tampakknya
bertindak sebagai juru bicara dari organisasi tersebut dalam kalangan kaum
terpelajar.
Ahmad Hassan yang lahir di Singapura tahun 1887 adalah seorang yang
berasal dari keluarga campuran yaitu Indonesia
dan India.
Ayah Ahmad yang bernama Sinna Vapu Maricar adalah seorang penulis dan ahli
agama Islam dan kesusastraan Tamil. Ia pernah menjadi redaktur dari Nur
al-Islam sebuah majalah agama dan sastra Tamil, menulis beberapa buah kitab
dalam bahasa Tamil dan juga terjemahan dari bahasa Arab.
Tokoh penting lainnya dalam pengemban Persis adalah Muhammad Nasir yang
lahir pada tanggal 17 Juli 1908 di Alahan Panjang, Sumatra Barat. Ayahnya
adalah seorang pegawai pemerintah. Pada tahun 1927 ia pergi ke Bandung
untuk melanjutkan studi pada Algeme
Middlebare School
(AMS, setingkat SMA sekarang). Pendidikan yang ditempuh sebelumnya adalah HIS
dan (tingkat dasar dan menengah pertama) di Minangkabau. Selain itu ia pernah
belajar pada sekolah agama di Solok yang dipimpin oleh Tuanku Mudo Amin, dan
aktif mengikuti pelajaran agama yang dibrikan oleh H. Abdullah Ahmad di Padang.[3]
Muhammad Nasir tertarik dengan organisasi Persis ini diawali pada waktu
ia mengikuti sholat Jum’at yang diadakan oleh organisasi Persis. Sehingga dia
memiliki hubungan yang sangat erat dengan para tokoh-tokoh Persatuan Islam ini.
Ia mengikuti berbagai macam kegiatan keagamaan dan pendidikan yang diadakan
oleh organisasi tersebut. Akhirnya ia memiliki tambahan ilmu pengetahuan yang
dapat digunakan untuk memecahkan problema-problema hidup yang mulai tumbuh
dalam pemikirannya.
Ketika ia
bergabung dengan Persis ia memiliki kesempatan untuk mengeluarkan ide-ide dan
pemikirannya lewat sebuah majalah yang bernama Pembela Islam. Minatnya
untuk mempelajari dan mengembangkan pendidikan Islam sangatlah besar,
sampai-sampai ia mau menolak beasiswa yang ditawarkan oleh belanda untuk
melanjutkan studinya ke sekolah tinggi hukum di Jakarta atau sekolah tinggi ekonomi di
Belanda. Ia lebih memikirkan ilmu pendidikan bagi orang-orang Islam.
Itulah sekilas
tentang sejarah berdirinya organisasi Persatuan Islam (Persis). Selanjutnya
kita akan membahas tentang usaha-usaha pendidikan yang dilakukan oleh
organisasi ini.
B. Usaha-usaha pendidikan
Persatuan Islam (Persis)
Organisasi ini tidak kalah dengan organisasi-organisasi lain yang selalu
memperhatikan pendidikan. Persis melaksanakan berbagai macam kegiatan
pendidikan seperti halnya tabligh dan publikasi. Kegiatan tersebut ditujukan
untuk melatih generasi muda Islam untuk selalu giat dalam mengembangkan ajaran
Islam melalui kegiatan pendidikan tersebut.
Dalam bidang pendidikan Persis mendirikan sebuah madrasah yang mulanya
dimaksudkan untuk anak-anak dari anggota Persis. Tetapi kemudian madrasah ini
diluaskan untuk dapat menerima anak-anak lain. Kursus-kursus dalam masalah
agama untuk orang-orang dewasa mulanya juga dibatasi pada anggota-anggotanya.
Hassan dan Zam-Zam mengajar pada kursus-kursus ini yang terutama membahas
soal-soal iman serta ibadah dengan menolak segala kegiatan bid’ah.
Masalah-masalah yang sangat menarik masyarakat pada waktu itu seperti poligami
dan nasionalisme juga dibicarakan.[4]
Kursus-kursus tersebut disediakan untuk anak-anak muda yang telah
menempuh sekolah menengah pemerintah dan memiliki minat untuk mendalami agama
Islam dengan maksimal. Jadi Kursus-kursus keagamaan tersebut tidak dikhususkan
bagi para anggota Persatuan Islam, tetapi juga untuk semua masyarakat yang
ingin mendalami agama Islam. Didalam Kursus-kursus tersebut terdapat guru-guru
yang professional. Diantaranya adalah Hassan. Didalam mengajar, Hassan
memperoleh banyak manfaat terutama dalam hal pendalaman pengetahuan agama Islam
dan penggalian terhadap sumber-sumber ajaran Islam.
Sebuah kegiatan lain yang penting dalam rangka kegiatan pendidikan Persis
ini adalah lembaga pendidikan Islam sebuah proyek yang dilancarkan oleh Nasir, dan terdiri dari beberapa sekolah
yaitu: taman kanak-kanak, HIS (keduanya tahun 1930), sekolah Mulo (1931) dan
sebuah sekolah guru (1932).[5]
HIS merupakan lembaga untuk memperoleh pendidikan barat khususnya memperlajari
bahasa Belanda sebagai kunci untuk pendidikan lanjutan, pintu kebudayaan barat,
dan syarat untuk memperoleh pekerjaan. Bahasa Belanda memberikan prestise dan
memasukkan seseorang kedalam golongan intelektual dan elit.[6]
Kursus Mulo dimaksud sebagai sekolah rendah dengan program yang diperluas
dan bukan sebagai sekolah menengah. Sebagai guru diangkat mereka yang memiliki
ijazah HA (Hoofdacte, kepala sekolah) atau diploma untuk pelajaran tertentu.[7]
Keinginan Nasir untuk mendirikan berbagai sekolah ini dipicu oleh berbagai macam tuntutan dari
berbagai pihak. Selain itu timbulnya keinginan Nasir untuk mendirikan berbagai
lembaga pendidikan adalah karena ia melihat ada beberapa sekolah di Bandung yang tidak
memberikan pelajaran agama pada siswanya. Adapun murid-murid yang masuk kedalam
lembaga pendidikan yang didirikan oleh organisasi Persis ini pada umumnya
adalah anak-anak disekitarnya, tetapi beberapa diantara mereka ada yang berasal
dari Jawa Tengah, Jawa Timur, bahkan dari Sumatra.
Bagi para siswa yang telah lulus studinya mereka diperbolehkan untuk kembali ke
tempat asal mereka masing-masing untuk membuka sekolah baru atau bergabung
dengan sekolah yang ada di daerahnya.
Disamping pendidikan Islam, Persis mendirikan sebuah pesantren (disebut
pesantren Persis) di Bandung pada bulan Maret 1936 untuk membentuk kader-kader
yang mempunyai keinginan untuk menyebarkan agama. Pesantren ini dipindahkan ke
Bangil Jawa Timur ketika Hassan pindah kesana dengan membawa 25 dari 40 siswa
dari Bandung.[8]
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk diterima di sekolah ini meliputi:
umur 18 tahun, kesehatan yang baik, kemampuan untuk membaca dan menulis Arab
dan latin, pengetahuan membaca al-Qur’an, bersumpah bahwa kalau akan menjadi
guru mereka akan menjadi guru atau propagandis “Persatuan Islam”, dan akan
berikhtiar mendirikan cabang-cabang Persatuan Islam. Mereka juga harus menjaga
disiplin yang ketat dan wajib mengerjakan perintah agama, menjauhkan segala
larangan, menjauhi kegiatan merokok di dalam pesantren, bersih badan dan
pakaian, menjaga kesopanan dan adab-adab Islam, menjaga kesopanan adat yang
tidak dilarang oleh agama serta selalu menjaga syari’at Islam.
Organisasi Persis ini sangat gemar dengan perdebatan-perdebatan hal ini
berlainan dengan Muhamadiyah, yang mana dalam penyebaran pemikiran-pemikirannya
dilakukan secara damai. Didalam Persis para anggotanya selalu siap untuk
menantang orang-orang yang tidak menyetujui pemikiran mereka. Hal ini tentunya
menunjukkan berbagai dalih yang kuat yang mereka ajukan kepada lawan debat.
Salah satu
bentuk tantangan dari Persis adalah berbagai ungkapan yang dicerminkan dalam
publikasinya melalui majalah Pembela Islam. Hal ini dimaksudkan untuk
menegakkan ajaran-ajaran Islam yang dikecam oleh berbagai pihak. Selain itu
terdapat tujuan lain yaitu untuk meyebarkan pemikiran-pemikiran Persis. Hasil
publikasi itu tentunya dibaca oleh masyarakat luas bahkan anggota-anggota
organisai lain baik di jawa maupun luar jawa. Hassan juga mendirikan sebuah
percetakan untuk majalah yang berbahasa Indonesia dengan tulisan jawa.
Majalah-majalah yang diterbitkan membicarakan masalah-masalah agama tanpa
adanya pertentangan dari pihak-pihak non-Islam. Nama-nama majalah itu antara
lain al-Fatwa, al-Taqwa, al-Lisan dan majalah Sual jawab.
Itulah diantara beberapa usaha pendidikan yang dilakukan oleh organisasi
Persatuan Islam. Tentunya masih banyak lagi keterangan tentang usaha pendidikan
Islam oleh organisasi ini yang dimuat didalam buku-buku tentang sejarah
pendidikan Islam.
BAB III
|
PENUTUP
Kesimpulan
1. Persatuan Islam (Persis)
merupakan sebuah organisasi Islam yang beridiri pada tahun 1923 di Bandung. Organisasi ini
berasal dari sebuah acara yang sangat sederhana yaitu kenduri. Didalam kenduri
itu para anggotanya berbincang-bincang mengenai maslah keagamaan dan kegiatan
keagamaan baik di Indonesia
maupun di luar negeri.
Tokoh-tokohnya
diantaranya adalah H. Zam-Zam, H. Muhammad Yunus, Ahmad Hassan dan Muhammad
Nasir
2. Usaha-usaha pendidikan
yang dilakukan oleh Persis adalah:
a.
pendirian madrasah
b.
pendirian kursus-kursus keagamaan
c.
pendirian lembaga-lembaga pendidikan Islam
d.
pendirian pesantren Persis
e.
pendirian percetakan
DAFTAR RUJUKAN
Nasution, Sejarah Pendidikan Indonesia,
Jakarta: Bumi
Aksara, 2001
Noer, Deliar, Gerakan Moderen Islam di Indonesia (1900-1942),
Jakarta: LP3ES,
1982
Zuhairini, et.al, Sejarah Pendidikan Islam,
Jakarta: Bumi
Aksara, 2006
[1] http://id.wikipedia.org/wiki
[2] Deliar Noer, Gerakan Moderen Islam di Indonesia (1900-1942),
(Jakarta: LP3ES, 1982). 96
[3] Zuhairini, et.al, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
2006). 189
[4] Ibid., 190
[5] Noer, Gerakan Moderen,……. 101
[6] Nasution, Sejarah Pendidikan Indonesia,
(Jakarta: Bumi
Aksara, 2001), 115
[7] Ibid., 122
[8] Zuhairi, Sejarah,…….. 191